LOTUS BIRTH
Plasenta merupakan sumber
darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel induk, besi, oksigen, hormon dan
enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada bayi berasal dari plasenta
yang dialirkan melalui tali pusat.
Ketika bayi baru lahir,
sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua tempat dan kemudian akan
dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit kemudian, plasenta ikut
lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan
normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada fenomena
yang disebut lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa
mengklem tali pusat seperti yang biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali
pusat, dan tali pusat ini dibiarkan sendiri hingga terlepas dari bayi secara
alami.
Negara
perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka
yang terbuka akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini
merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah
ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan
Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab
dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth
ini (informed choncen).
Persalinan ala lotus birth
belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi medis masih pro-kontra terhadap
metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi SpOG. Kalaupun ada, yang
meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu dan sudah mengerti
dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kepala Subdepartemen
Obstetri Ginekologi RSAL, dr Ramelan, Surabaya juga mengatakan, selama plasenta
masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari plasenta yang masuk ke tubuh
bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan antara ibu, bayi, dan
plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi yang
menguatkan bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan
putus sendiri.
Lotus birth sebenarnya juga
mempunyai banyak manfaat dan beberapa keuntungan untuk bayi, seperti jika tali pusat
dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran
darah ibu ke janin, Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga
memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment,
pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan normalnya jika segera
di potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah,
yang setara dengan 1200 ml darah orang dewasa.
Dr. Ramelan lantas
menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir, plasenta diletakkan di
sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi. Agar tidak
berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak lavender.
Jadi, saat bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan
plasenta, dan hal ini yang menjadi salah satu kerugian metode lotus birth.
Setelah itu, ibu bisa
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta juga tak bisa jauh dari
bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan posisi plasenta dengan
bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak tenaga medis, tapi
jika sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi bersedia membantu
membawa dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak positif
karena terjalinnya early bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari
setelah bayi dilahirkan, plasenta akan putus sendiri (pupak puser).
Lepas dari kelebihan dan
kelemahan asuhan lotus birth yang telah dikemukakan seperti diatas, apalagi
masalah pro dan kontra penerapannya secara global sampai saat sekarang ini,
kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud dengan lotus
birth dan bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat dan
merupakan evidence based dalam dunia kebidanan, kita patut membicarakan nya.
1. Pengertian Lotus Birth dalam Asuhan Kebidanan
Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi
baru lahir dimana tali pusat bayi tidak dipotong. Setelah
bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan saja, tanpa
dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan
akhirnya lepas secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi
3-10 hari setelah bayi lahir. Tali pusat dan plasenta
merupakan satu unit dan satu kesatuan.
2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Menekankan pentingnya
penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan
menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:,
Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem)
adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat
secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih
lanjut.”
Lotus Birth jarang dilakukan
di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin khusus,
sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini
tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Karena adanya praktek budaya
yang berbeda maka proses pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang
berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan plasenta sehingga dapat
menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak tersebut. Sedangkan yang
lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering secara alami dan
kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang Igbo di Nigeria,
mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas
kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus Birth, kelebihan
cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka
atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan
untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan
terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai
mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender juga digunakan untuk tambahan anti bacterial.
Apabila tindakan pengeringan
plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan memiliki bau yang berbeda,
bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara langsung atau
didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.
3. Sejarah Lotus Birth
Negara
perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka
yang terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi
penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku
Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang
dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan
membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).
Primatolog
Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi jangka panjang
dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.
Pada
hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir sama
dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak
merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan
bayi-bayi simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian
juga dengan induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai
simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.
Informasi
mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta
Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai"
digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan
Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh,
anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme,
misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
4. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai
budaya negara
Beda
bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan ari-ari
atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan
barat, plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi
mereka mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan
dunia terhadap plasenta ini.
Diantara
suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan
plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai
suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia
Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih
belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut
adalah : whenua (baca: venua).
Suku
pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki spirit
tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus memperlakukan
plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat yang terlindung
dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar, keyakinan
mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.
Suku
Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi yang
hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus
dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan
dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya
akan tumbuh menjadi anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda
jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka
menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak
anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.
Ironis
lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang
habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru
melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan
kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.
Sementara
di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap sebagai saudara
bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak jarang
plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat
yang berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tata
laksana khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi
sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap
plasenta
1. Setelah
dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang
dunia dan isinya.
2. Di
isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan
rempah-rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.
3. Di
bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah kanan
untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama
42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut diberikan
susu juga.
Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari
1. Setelah
ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.
2. Di
dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi tersebut
pintar.
3. Diberikan
anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.
4. Selanjutnya
di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang
rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
5. Sebagian
ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan dianggap suka
merantau.
Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap
plasenta
1.
Ditaruh
sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
2.
Selanjutnya
di tanam di sertai doa dan alat-tulis.
5. Langkah-
langkah dalam melakukan proses Lotus Birth
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth
diantaranya :
1.
Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali
pusat berada di sekitar leher bayi (lilitan tali pusat) cukup di longgarkan dan
angkat tali pusat tersebut melewati kepala bayi.
2.
Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3.
Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk
khusus di dekat ibu.
4.
Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke
bayi sebelum menangani plasenta.
5.
Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara
menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
6.
Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7.
Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap
seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta.
8.
Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan
lebih cepat jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk
mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian
plasenta
9.
Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi
baru lahir, Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
10. Pakaikan
bayi menggunakan pakaian yang longgar.
11. Bayi
dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
12. Meminimalisir
pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.
6. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth
1.
Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan
terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
2.
Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke
bayi sebelum bayi benar-benar dapat mulai bernafas sendiri.
3.
Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis
segera setelah lahir.
4.
Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran
sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding
attachment.
5.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat dipotong segera ketika lahir
adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari, dan jika dibiarkan secara
alamai 3-4 hari.
6.
Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima
tambahan 50-100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah
transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi
lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama kehidupannya.
Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml
darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat
sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml
darah, yang setara dengan 1200ml darah orang dewasa.
7. Kelemahan Lotus Birth
1.
Tidak bisa diterapkan
pada seluruh kebudayaan.
2.
Membutuhkan fasilitas
kesehatan yang memadai.
3.
Membutuhkan tenaga
kesehatan yang berpengalaman.
4.
Membutuhkan banyak
petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada petugas yang lain
memegangi dan menjaga tali pusat.
5.
Memerlukan perawatan
ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak sedap.
8. Alasan mengapa memilih Lotus Birth
Hanya
karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat
menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi.
Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup
secara aktif. Penutupan semua jaringan tidak terjadi ketika tali pusat tampak
berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.
Setiap
ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan
ibu untuk memilih Lotus Birth:
1. Ibu
dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat.
2. Supaya
proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Penghormatan
terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.
4. Asumsi
ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong
ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang penuh.
6. Mengurangi
angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu
hingga plasenta telah lepas.
7. Alasan
rohani atau emosional.
8. Tradisi
budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak
khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
10. Kemungkinan
menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan
menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka membutuhkan
waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan
minimal.
mantap
BalasHapus